Menjadi Pembimbing Manasik Haji dan Umroh Bagi Santri

Brebes – Selama 2 hari ini ( 25-26 Januari 2020), saya selaku pembimbing haji profesional yang sudah mendapatkan sertifikasi pembimbing haji dari Dirjen PHU Kemenag Republik Indonesia telah melaksanakan amanat undang-undang, yakni mengajarkan ilmu manasik haji dan umroh baik secara perorangan, mengajarkan di Calhaj KBIH, mengajar di kelompok santri  ataupun permintaan dari pihak Kementrian agama.

Kali ini adalah mengajarkan manasik haji dan umroh pada 300 santri kelas 3 dan 4 baik putra dan putri Madrasah Muta’alimin Muta’alimat Manba’ul Huda ( M4H ) Pondok Pesantren Assalafiyah Desa Luwungragi Kecamatan Bulakamba Kabupaten Brebes.

Tujuan pembelajaran manasik haji dan umroh bagi santri, pertama santri bisa mengetahui apa itu Haji, Syarat rukun haji, bagaimaan tata cara menjalankan haji yang sesuai syariat islam, kedua adalah untuk memperdalam problematika haji dan umroh.

Metode pembelajaran yang diberikan adalah paparan tentang kebijakan haji, tata cara menjalankan umroh, tata cara menjalankan haji, pembacaan doa-doa di manasik haji dan umroh, dan praktek bimbingan haji dan umroh. Tutor memberikan bekal kepada santri agar dalam menerima ilmu tidak mengalami kejenuhan, sehingga gaya komunikasi untuk anak muda harus disampaikan, tidak tutorial tapi harus disertai dengan komunikasi interaktif dan ditambahkan bumbu-bumbu komunikasi yang sekiranya mudah peserta menerima materi tentang manasik haji dan umroh. Selain itu ada dalam paparan materi contoh-contoh gambar, bagaimana memahami rukun, wajib dan sunnah haji dan umroh.

Tema umroh, misalnya peserta dilatih dulu cara niat, seperti apa bacaan talbiyah yang lengkap, kemudian bacaan talbiyah yang salah, termasuk memperlihatkan bagaimana cara memakai ihrom untuk pria dan wanita, sehingga mereka paham dan nantiya bisa praktek sendiri. Santri juga diajarkan doa-doa yang mana yang harus dihapalkan, mana yang cukup dibaca saja, selain itu santri juga diberikan pemahaman tentang rukun, wajib dan sunnah dan bagaimana hukum di dalamnya.

Pada tema Haji, pemahaman santri memang sangat berbeda jauh dengan mengajarkan manasik bagi calon haji yang usia diatas 50-70 tahun, kalau santri diberikan pemahanan sebentar saja, saat umpan balik pun cepat menangkap urutan dan tata cara dengan menjawab benar, tingkat kesalahannya relatif tidak banyak, dibandingkan mengajarkan calon haji yang harus berulang-ulang dan kadang lupa-lupa ingat mereka, sudah diajarkan ilmunya beberapa pertemuan, saat pertemuan lagi bilangnya sudah tidak ingat lagi, harus buka buku dan materi yang terdahulu, namun bagi santri, sangat cepat dan mudah menerima ilmu baru dan daya ingatnya sedikit lebih cepat dibandingkan orang yang sudah lansia.

Saat santri diberikan informasi tentang waiting list calon haji, mereka kaget, karena jawa tengah saja sudah 26 tahun ke depan, Jabar dan DKI 23 tahun, dan paling lama daftar tunggu calon haji adalah Kalimantan Selatan sampai 33 tahun ke depan. Sebuah penantian yang membutuhkan waktu dan kesabaran tentunya bagi tamu-tamu Allah ini.

Sabtu-Minggu ke depan adalah simulasi dan pembacaan doa sekaligus praktek haji dan umroh bagi santri. semoga mereka tetap istiqomah untuk belajar dan selalu berusaha agar bisa menerima ilmu ini sebagai bekal baginya nantinya di masyarakat.

 

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *